Minggu, 23 September 2012


SISTEM INOVASI DAERAH
Inovasi merupakan faktor penting dalam mendukung perkembangan ekonomi serta dalam rangka pengembangan daya saing daerah. Terjadinya pergeseran
dari ekonomi yang berbasis industri menuju ke ekonomi
berbasis pengetahuan (knowledge base economic).
Kecenderungan perubahan/perkembangan menunjukkan
bahwa pengetahuan dan inovasi merupakan faktor yang
semakin menentukan dalam kemajuan ekonomi.
Dalam percepatan dan perluasan pembangunan
ekonomi terdapat 3 fokus utama yang perlu diperhatikan
yaitu penciptaan kegiatan ekonomi terintegrasi dan sinergis
antar kawasan pertumbuhan ekonomi, peningkatan daya
saing dan daya tahan perekonomian nasional, serta
mendorong penguatan sistem inovasi nasional menuju
“innovation driven economic”.

Untuk melakukan perubahan pola pikir untuk peningkatan pembangunan daya saing dibutuhkan kolaborasi membangun networking antara pemerintah (pusat/daerah) dan investor dan inventor, kemudian melakukan evaluasi kerangka regulasi untuk mendorong kolaborasi bersama antar komponen, membuat kebijakan insentif (system maupun tarif) serta peningkatan jiwa kewirausahaan.
Pasal 27 UU No. 32 tahun 2004 menyatakan bahwa kepala daerah dan wakil kepala daerah mempunyai kewajiban memajukan dan mengembangkan daya saing daerah. Inovasi tidak dapat berjalan secara parsial, dia harus merupakan kolaborasi antar aktor yang saling berinteraksi dalam suatu sistem atau sering disebut sebagai system inovasi yaitu suatu kesatuan dari sehimpunan aktor, kelembagaan, hubungan interaksi dan proses produktif yang mempengaruhi arah perkembangan dan kecepatan inovasi dan difusinya (termasuk teknologi dan praktek baik/terbaik) serta proses pembelajaran (Taufik, 2005). Inti dari sistem inovasi adalah jaringan atau network.
Para aktor utama inovasi dapat dikelompokkan dalam 3 subsistem yang terdiri dari sub-sistem politik terdiri
dari aktor pemerintah (legislatif, eksekutif dan yudikatif), sub-sistem pendidikan, penelitian dan pengembangan (inovation provider) yang dapat terdiri dari aktor pendidikan dan pelatihan profesi, pendidikan tinggi dan lembaga riset industri/swasta maupun riset pemerintah, sub-sistem industri terdiri dari perusahaan (besar, menengah, dan UMKM).
Memperhatikan pentingnya jejaring dalam sistem inovasi, maka dalam rangka pengembangan daya saing me l a l u i s i s t em i n o v a s i d a e r a h d i p e r l u k a n penumbuhkembangan kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi, praktek baik dan atau hasillitbang. Untuk dapat melakukan tujuan tersebut, diperlukan pemetaan jaringan inovasi sebagai langkah awal untuk mengidentifikasi aktor-aktor jaringan, tingkat kapasitas dan perannya.
Tujuan panduan pemetaan jaringan inovasi adalah untuk memberikan petunjuk atau arahan bagi para pihak terkait dalam pengembangan sistem inovasi, berupa langkah-langkah pemetaan jaringan inovasi di suatu wilayah atau daerah dalam rangka membangun Sistem Inovasi Daerah (SIDa), membangun klaster industri dan merumuskan kebijakan tematik.
Proses penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) terdiri dari, prakarsa di level provinsi, implementasi di level
kabupaten/kota, dan pendalaman di provinsi dan kabupaten/kota. Prakarsa terdiri dari pengembangan jejaring SIDa, melakunan analisis kematangan SIDa dengan metoda ANIS (Analysis of National Innovation System) penyusunan masterplan penguatan SIDa; Implementasi terdiri dari Penilaian Teknologi (Technology Need Assessment), Difusi dan diseminasi Iptek, Pengembangan Lembaga Pengelola dan Pengembangan Pengelola; Pendalaman terdiri dari Penguatan Kapasitas SDM, Pengembangan Infrastruktur Penunjang, Penguatan Riset Terapan dan Kolaborasi Riset, Pengembangan Pembiayaan Inovasi, Pengembangan Industri Penunjang.
Tahap awal perlu melakukan survei mengambil opini dari para aktor utama inovasi menggunakan metode ANIS yang merupakan salah satu alat untuk memotret kondisi awal dari sistem inovasi pada suatu wilayah. ANIS mempunyai 30 indikator dengan 150 faktor penentu. Selain itu terdapat komponen-komponen yang dipotret di antaranya, kelompok makro: tingkat kebijakan inovasi; kelompok meso: Tingkat dukungan kelembagaan inovasi dan program-program inovasi; dan kelompok mikro: kapasitas inovasi .Untuk mendapat potret yang tidak jauh menyimpang dari kondisi saat ini maka komponen yang terlibat sebagai responden harus mewakili berbagai kelompok: yaitu akademisi (peneliti, inventor); bisnis (industri) dan government (pemerintah).
Pada tanggal 7 Juli 2011, Ristek bekerjasama dengan Bappeda Provinsi NTB mengundang para aktor utama inovasi untuk melakukan survei dan pemetaan tingkat kematangan sistem inovasi di wilayah setempat. Responden berjumlah 39 orang. Dari pihak pemerintah berjumlah 22 orang–yang sah 21 orang, akademisi 11 orang–yang sah 10 orang, serta dari kalangan industri/bisnis sebanyak 6 orang–yang sah 0 orang. Hasil menunjukkan bahwa terdapat 13 determinan yang bernilai di bawah rata-rata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar